Friday, February 28, 2014

Alat Peraga Kampanye Versi Bawaslu

Alat Peraga Kampanye / Sosialisasi Pemilu Versi Bawaslu

Siapkan Diri Untuk MENANG Bermartabat
Kalah Terhormat




 

 


 

 


Saturday, February 15, 2014

Menanti Sabda Gunung Kelud

Mengapa bunga harus layu?
setelah kumbang dapatkan madu,
mengapa kumbang harus ingkar?
setelah bunga tak lagi mekar”.
(Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album Iwan Fals Ethiopia 1986)

Pemilu tinggal beberapa saat lagi. Rakyat akan menentukan siapa yang menjadi pemimpinnya selama 5 tahun. Berbagai cara mulai dilakukan untuk menarik simpati. Saling sikut dan kritik, juga hingga puja-puji – layaknya doa pada Tuhan – mulai terdengar di sana-sini. Atmosfer politik kian memanas. Tensi meningkat.


Bersamaan dengan itu, alam pun tak mau kompromi. Gunung Kelud memuntahkan isi perutnya. Jutaan kubik material diseburkan ke udara. Sebagian langit Jawa nampak pucat dalam sekejap. Debu bertebaran sejauh tiupan angin. Sawah dan ladang tertutup abu. Ribuan orang meninggalkan kampung.

Sedikit bernostalgia.

Gunung Kelud punya sejarah yang menarik. Meskipun gunung ini kalah populer dibanding Merapi – yang memunculkan Mbah Maridjan sebagai juru kunci – ia punya pertanda tersendiri bagi negeri ini. Mungkin ini konyol: menghubungkan bencana dan politik. Tapi bisa juga alam sementara menyiapkan Indonesia menyambut pemimpin yang baru. Itupun kalo kita setuju bahwa alam dan manusia memiliki bahasa sendiri dalam berkomunikasi.

Apa pasalnya?

Sejarah mencatat: dua pemimpin besar lahir beriringan dengan letusan yang memiliki tipe stratovulkan itu. Pertama adalah Hayam Wuruk pada tahun 1334. Raja keempat kerajaan Majapahit itu lahir setelah letusan Gunung Kelud. Kedua adalah Soekarno, yang lahir 2 minggu setelah letusan Gunung Kelud pada tahun 1901.

Kini setelah meletus tepat pada tahun politik, mungkinkan ia mengawalinya lahirnya seorang pemimpin yang baru? Sudah pasti: iya. Pemimpin Indonesia yang baru akan dilahirkan oleh masyarakat beberapa saat lagi. Hanya saja, boleh ditanya apakah pemimpin yang lahir itu punya keistimewaan seperti Hayam Wuruk dan Soekarno.

Hayam Wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana. Pada usianya yang ketujuhbelas tahun, Hayam Wuruk diangkat menjadi raja Majapahit yang keempat. Dibawah kepemimpinan Hayam Wuruk, Majapahit adalah kerajaan yang tangguh. Hampir seisi nusantara pernah ia taklukan dengan seorang Patih yang perkasa: Gadjah Mada. Kekuasaannya luas.

Tak hanya kekuatan perang, kepemimpinan Hayam Wuruk juga menghasilkan dua karya intelektual: kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa) ditulis oleh Mpu Tantular dan Kitab Nagarakretagama ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Singkatnya, Majapahit memperoleh masa kejayaannya pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk.

Lain lagi dengan Soekarno. Soekarno dilahirkan oleh pasangan Radeon Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Sarjana teknik sipil lulusan Technische Hoogeshool te Bandoeng (sekarang ITB) ini kelak tumbuh dan menjadi seorang pemimpin besar. Tak usah panjang lebar mengurai jejak Soekarno. Toh, entah berapa banyak buku yang telah ditulis tentang sosok revolusioner itu. Gagasan dan pemikirannya masih diperbincangkan hingga kini, lengkap dengan kontroversi yang menyertainya. Sampai sekarang, Indonesia belum lagi memiliki pemimpin sekelas Soekarno; meskipun dulu SBY sempat dielu-elukan sebagai titisan Soekarno. Indonesia dibawah kepemimpinan Soekarno dan wakilnya, Hatta, berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebuah capaian yang tidak lagi mungkin bisa dicapai oleh pemimpin saat ini. Indonesia dalam masa kepemimpinan Soekarno juga adalah sebuah negara yang disegani.

Soekarno punya segudang pemikiran brilian yang mengantarnya memperoleh berbagai gelar akademik dari berbagai universitas di dalam maupun luar negeri. Buku-buku dan kumpulan pidatonya terus dibaca generasi sekarang. Marhaenisme adalah ideologi hasil pemikiran Soekarno yang menjadi dasar bagi organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Tengoklah, setelah Soekarno, tak ada lagi pemikir Indonesia dengan gagasan sebesar itu. Abaikan alasan bahwa twitter hanya sanggup menampung 140 karakter setiap kicauan. Sedangkan google bisa merekomendasikan 10 pilihan setiap mengetik 1 kata kunci. Jelasnya, Soeakarno adalah icon pemimpin yang punya kharisma dan gagasan besar.

Kini setelah gunung Kelud kembali meletus, akankah Indonesia punya harapan – meskipun terkesan mistis – untuk memiliki pemimpinan sekelas Hayam Wuruk atau Soekarno? Ini bukan soal romantisme sejarah atau politisasi musibah. Hanya sedikit berandai-andai: andai sejarah bisa terulang. Tak ada salahnya, jika itu tentang harapan akan masa depan bangsa. Sebuah bangsa yang kaya akan budaya dan kekayaan alam.

Tapi asa tetap harus terus dipupuk: bahwa kelak Gunung Kelud akan melahirkan pemimpin Indonesia yang besar. Pemimpin yang tak hanya pandai menjual citra. Tak hanya pandai beriklan. Bukan pemimpin yang ingkar setelah kuasa jadi milik; setelah madu usai terhisap. Tapi pemimpin yang punya gagasan besar untuk Indonesia yang kaya. Kapan persisnya..? Tanyakan pada rumput yang bergoyang, lirih Ebit G. Ade.

Pilihan memang tetap harus dibuat. “The future depends on what you do today, kata Mahatma Gandhi.

dicopy paste dan diedit sedikit dari : Sumber

Thursday, February 6, 2014

Pengaruh Facebook dalam Kancah Politik dan Demokrasi di Indonesia

Saat ini, dunia internet, dunia media sosial tidak sekedar candu. Platform terbesar yakni facebook sudah merasuki kehidupan nyata kita. Dunia internet pun telah menjadi sarana berbagai hal. Soal seks, penipuan, bahkan syiar agama, serta macam tabiat negatif maupun positif ada di sana.
Dimanapun teradiasi (gelombang) internet, disana penghuninya hampir punya akun facebook. Tidak hanya tokoh politik bahkan bang becak, mbok jamu sepanjang punya ponsel (hp) sudah bisa ngintip dan ber-cas cis cus. Data teranyar, di Indonesia ponsel adalah perangkat mayoritas pengguna facebook (28 juta orang setiap hari).

Facebookers Indonesia
Data pengguna yang dirilis pada tanggal 20 September 2013 oleh Webershandwick, di Indonesia terdapat sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif, 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya.

Oleh SocialBakers, pengguna facebook di Indonesia didominasi oleh mereka-mereka yang berumur antara 18-24 tahun di posisi pertama dan 25-34 tahun di urutan kedua. Sedangkan dari jenis kelaminnya, pengguna facebook di Indonesia didominasi oleh pria dengan persentase sebesar 59 persen, sisanya adalah wanita.

Facebook sendiri saat ini memiliki 1,15 miliar pengguna di seluruh dunia. Pengguna aktif harian facebook secara global per Juni 2013 lalu mencapai 699 juta orang. Lima negara dengan pengguna terbanyak berasal dari Amerika Serikat, Brasil, India, Indonesia, dan Meksiko.

Soal Politik Pemilu 2014
Penggunaan socmed secara tepat untuk pemberdayaan orang (people) adalah bersifat viral (menyebar tak terkendali).

Viral movement adalah sesuatu yang akan menjadi trend baru pergerakan, dan pula sudah mencobanya untuk terus mengaplikasikan hal ini perlahan sejak tahun 2008. Melakukan pendidikan politik dan partisipasi publik dalam politik pra dan pasca pemilu via blog, friendster, tagged, fb, dll.

Bagaimana Obama menjadi US-1, bagaimana Khadafi tersungkur, Mubarok terguling, dst adalah diawali dengan viral movement. Gerakan ini nyata.

Di Indonesia, facebook, twitter, dll baru sebatas tempat mengeluh dan menghujat semata, belum kuat persepsi pergerakannya. Pernah momentum perlawanan akan “Kriminalisasi Bibit-Chandra” serta dilambungkan oleh media mainstream, sehingga mencapai sejutaan facebooker. Demikian di tahun lalu (pilkada DKI) Jokowi-Ahok (by fb, tw, youtube, gamol, dsb) ikut melambung.

Intinya, media mainstream harus turut serta mengkatalisasikan setiap gerakan online.

ORDE 2014 by Viral
Dengan jumlah pengguna yang sudah signifikan. Para onliners sudah bisa aplikasikan pergantian rezim menuju Indonesia Baru; Indonesia yang dicita-citakan, Indonesia sesungguhnya atau sebutan sesuka lainnya.

Rezim itu terdiri atas trias politika, tidak bisa sepihak, harus ketiganya berubah. Malaikat pun yang menjadi Presiden apabila Parlemen dikuasai mayoritas setan, pasti kewalahan. Selanjutnya Presiden bersama Parlemen yang baik akan menentukan dan mengangkat Pejabat Yudikatif yang baik pula.

Kekuasaan yang memperbaiki keadaan negara, kondisi rakyat, usir/berantas penjajah (koruptor) untuk memulihkan Indonesia menjadi penting di 2014. Orde Pemulihan ini dibentuk oleh rakyat pemilih di Pileg (9 April 2014) dan Pilpres (9 Juli 2014) secara bersama-sama.

Viral movement disini bagaimana menyadarkan pemilih tentang harapan pemulihan itu masih ada. Mujizat itu datang dari diri para pemilih. Karena Tuhan sudah wakilkan suaranya di-TPS kepada para pemilih (vox populi-dei).

Presiden Plus Menjadi Solusi Bangsa
Saat ini sudah jelas, bila Megawati berkenan sebagai penyambung lidah rakyat, maka “siapapun capresnya jokowi presidennya” (hasil setiap survey).

Siapapun Presiden dan Wakil Presiden yang dikehendaki rakyat harus dipartnerkan dengan parlemen yang dikehendaki pula. Fenomena jokowi atau jokowi model harus diterapkan di Pileg 9 April 2014. Mari kita tentukan dan saring, 6.600-an caleg parpol menjadi 1.500-an caleg rakyat.

Listing nama mereka dan suguhkan kepada pemilih. Siapapun 560 yang terpilih adalah mayoritas berasal dari caleg rakyat. Atau angka moderatnya, senayan berisi 70% caleg rakyat dan 30% caleg (patron-oligarki-dinasti) parpol. Siapakah caleg rakyat? mari kita testimonikan.

Group Facebook 77 Akun Dapil
Seluruh dapil DPR Pusat berjumlah 77 berbasis kewilayahan (distrik). Pemilu 2014 mensyaratkan 3,5 PT mutlak. Artinya parpol yang tak mampu minimal meraih suara nasional 3,9 juta pemilih atau 3,5% PT, otomatis non sit alias tak berkursi di Senayan-Jakarta.

Tips, memilih Caleg DPR Pusat adalah kenali parpolnya (itu yang pertama) baru kemudian tentukan calegnya. Ini mutlak, agar suara tidak terbuang percuma. ‘Caleg Tidak Potensial’ jangan dipilih, artinya sosok maupun potensi caleg bagus namun parpolnya berpotensi gagal 3,5% PT. Apa boleh buat.

Asli di Kopi Paste secara bulat dan penuh keyakinan dari website yang bersumber di sini

Teknologi Permudah Pemilih Pemula Kenali Calon Pemimpin

Pemilih pemula saat ini diprediksi akan lebih kritis daripada pemilu tahun depan. Adanya perkembangan teknologi, mempermudah mereka untuk mengetahui kandidat anggota DPR maupun presiden yang sesuai.

"Anak-anak muda ketika akan memilih calon presiden maupun calon legislatif akan melakukan diskusi dengan teman sebayanya, jadi tidak apatis," ujar Direktur Eksekutif Matriks Indonesia Agus Sudibyo, di acara Sosialisasi Pemilu yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi, Jakarta, Rabu (11/12).

Menurutnya, adanya perkembangan teknologi saat ini berpotensi mendukung sikap kritis para kawula muda yang ingin mengetahui calon pemimpin mereka kelak. Sehingga sesuai dengan harapan mereka dalam memimpin bangsa. "Dengan ikutnya kaum muda dalam pesta demokrasi tahun depan, dapat membuat penyelenggaraan negara menjadi lebih baik daripada sebelumnya," katanya. 

Adanya perkembangan teknologi, ia optimis pemilih golongan putih (golput) tidak akan sebesar pemilu tahun lalu. "Pemilih pemula aktif menggunakan teknologi, supaya tidak ada golput lagi dalam pemilu tahun depan," ucapnya. 

Menanggapi hal itu, Komisioner KPU DKI Jakarta Dahlia Umar mengakui perkembangan teknologi dapat menjadi jembatan untuk mengenal para calon pemimpin maupun legislatif. "Melalui teknologi yang berkembang untuk mengetahui profil caleg maupun capres, melalui email pribadi caleg terkait atau kontak dengan mereka," katanya.

Dahlia menilai kawula muda harus berperan aktif mengetahui perserta pemilu tahun depan demi mewujudkan pemimpin yang sesuai dengan aspirasi mereka. "Pemuda harus mengetahui partai-partai yang ikut dalam pesta demokrasi tahun depan. Dengan cara aktif mencari tahu para kandidat melalui teknologi yang berkembang," pungkasnya.